kesempatan1

My Friend

kumpulan pelajaran 1


Sel telur akan bertahan hidup selama 1 - 3 hari setelah diovulasi, sementara sel sperma umumnya mampu bertahan hidup juga selama 1 - 3 hari. "Tapi penelitian juga menunjukkan, pada kasus tertentu sperma mampu bertahan hidup selama 30 hari di dalam vagina, setelah ovulasi. Ini yang sering menimbulkan pertanyaan, nggak melakukan hubungan, kok, hamil." kualitas sperma sangat baik dan suasana di dalam vagina sangat optimal bagi sperma sehingga ia bisa bertahan hidup dalam waktu lama. "Nah, range masa subur ada di antara itu." Pada pasangan suami-istri yang melakukan KB kalender, sebaiknya harus mempunyai menogram, yaitu catatan menstruasi wanita selama setahun. "Jadi, si istri tahu berapa siklus haid terpendek dan terpanjangnya." Untuk mengetahui range masa subur, menurut Eguno-Knauss, siklus terpanjang lalu dikurangi 11, sementara siklus terpendek dikurangi 18. "Nanti akan diperoleh angka. Misalnya, siklus terpanjang 35 hari (dikurangi 11=24), siklus terpendek misalnya 25 hari (dikurangi 18=7). Nah, range masa subur ada di antara hari ke-7 sampai hari ke-24. K ingin menunda kehamilan, sebaiknya tidak melakukan hubungan atau memakai kondom di antara range tersebut. Range-nya memang sangat lebar."
Akan tetapi, pada kondisi normal, sehat dan siklus haid normal, memindai masa subur dengan menghitung siklus haid cukup akurat (90 persen lebih). Yang harus diketahui, faktor kesuburan tak hanya ditentukan oleh faktor ovarium (sel telur), tetapi juga faktor tuba (saluran telur), rahim, dan kesehatan bagian anatomis lainnya. "Semua harus dalam keadaan optimal. Yang juga penting adalah faktor sperma yang membuahi."
Pada wanita normal, artinya tidak ada gangguan mens dan tidak ada penyakit-penyakit bawaan, dan sebagainya, masa subur biasanya terjadi 14 hari sebelum hari pertama haid berikutnya. Jika seorang wanita mempunyai siklus haid 28 hari, maka masa suburnya adalah pada pertengahannya, yaitu 14 hari.
Menghitung masa subur dengan menghitung siklus haid agak susah dilakukan (kurang akurat) jika siklus haid tidak teratur atau sedang menggunakan obat-obat tertentu yang bisa memengaruhi siklus haid. Misalnya, sedang melakukan pengobatan hormon. "Wanita sedang mengalami stres berat/penyakit kronis yang bisa mengubah pola haid, atau terjadi trauma yang mengenai alat-alat kandungan (meski jarang), sehingga terjadi gangguan fungsi, juga membuat perhitungan masa subur lewat siklus haid tidak akurat."
Indikator apa saja yang bisa dipakai untuk menghitung masa subur? Selain siklus haid, masa subur juga bisa diindikasikan dari:
  1. Perubahan lendir mulut rahim (efek spin). Lendir begitu kental, kalau kita renggangkan bisa mencapai lebih dari 10 cm tanpa terputus. "Kalau kita lihat ada lendir ini, wanita sedang dalam masa subur."
  2. Adanya rasa nyeri pada perut bagian bawah (mittelschmerz) karena pecahnya folikel (sel telur yang membesar, siap untuk ber-ovulasi).
  3. Mengecek suhu basal badan. Dengan alat termometer khusus yang skalanya lebih kecil, diletakkan di bawah lidah, suhu basal badan diukur setiap bangun tidur. Jika terjadi penurunan dan kemudian meningkat tiba-tiba, biasanya sedang dalam masa subur.
  4. Mengukur urine untuk mengukur hormon lutein (luteinizing hormone). Bila hasilnya positif, berarti wanita sedang dalam masa subur. Tes ini seperti tes kehamilan, tapi yang diukur adalah hormon beta HCG, tapi hormon lutein yang ada di air kencing.
Cara yang lebih advanced adalah dengan USG. "Pada hari ke-12 haid (dihitung dari hari pertama haid), folikel diukur. Jika pada hari ke-12 terdapat folikel yang ukurannya hampir mencapai 18 mm (mengindikasikan waktu untuk ovulasi), berarti wanita sedang dalam masa subur. Dari sekian indikator, memeriksa lendir serviks, suhu basal badan, perhitungan siklus haid, dan tes luteinizing hormone bisa dilakukan sendiri.

1. Pengertian Ibu Hamil
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran).
Dalam masyarakat, definisi medis dan legal kehamilan manusia dibagi menjadi tiga periode trimester untuk memudahkan tahap dari perkembangan janin. Trimester pertama (minggu pertama sampai minggu ke-13) membawa resiko tertinggi keguguran (kematian alami embrio atau janin), sedangkan pada masa trimester kedua (minggu ke-14 sampai ke-26) perkembangan janin dapat dimonitor dan didiagnosa. Trimester ketiga (minggu ke-27 sampai kehamilan cukup bulan 38-40 minggu) menandakan awal viabilitas, yang berarti janin dapat tetap hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan.
Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm (Guyton, 1997). Menurut Kushartanti (2004), kehamilan adalah dikandungnya janin hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Hanifa, 2000).
2. Ibu Hamil pada Trimester III (27-40 minggu)
Merupakan suatu trimester yang lebih berorientasi pada realitas untuk menjadi orang tua yang menanti kelahiran anak dimana ikatan antara orang tua dan janin berkembang pada trimester ini. Perhatian ibu hamil biasanya mengarah pada keselamatan diri dan anaknya. Bersamaan dengan harapan akan hadirnya seorang bayi, timbul pula kecemasan akan adanya kelainan fisik maupun mental pada bayi. Kecemasan akan nyeri dan kerusakan fisik akibat melahirkan serta kemungkinan hilangnya kontrol saat persalinan perlu mendapat perhatian pula.
Ketidaknyamanan fisik dan gerakan janin sering mengganggu istirahat ibu. Dispnea, peningkatan urinasi, nyeri punggung, konstipasi, dan varises dialami oleh kebanyakan wanita pada kehamilan tahap akhir. Peningkatan ukuran abdomen mempengaruhi kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Posisi yang nyaman sulit didapat, biasanya ibu hamil menjadi semakin tidak sabar menanti saat-saat semuanya berlalu (Bobak et.al, 2004:184 ).
3. Perubahan Fisiologis pada Ibu Hamil Trimester III
Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi pada kehamilan trimester III yaitu:
1.  Uterus
Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gram (berat uterus normal 30 gram) dengan panjang 20 cm dan dinding 2,5 cm. Bentuknya kembali seperti bentuk semula, lonjong seperti telur. Pada kehamilan 28 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 3 jari di atas pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prossesus xipoideus. Pada kehamilan 32 minggu, fundus uteri terletak antara ½ jarak pusat dan prossesus xipoideus. Pada kehamilan 36 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 1 jari di bawah prossesus xipoideus. Bila pertumbuhan janin normal, maka tinggi fundus uteri pada kehamilan 28 minggu adalah 25 cm, pada 32 minggu adalah 27 cm dan pada 36 minggu adalah 30 cm. Pada kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali dan terletak kira-kira 3 jari di bawah prossesus xipoideus. Hal ini disebabkan oleh kepala janin yang pada primigravida turun dan masuk ke dalam rongga panggul.
2. Vagina dan vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen juga mengalami perubahan. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah dan kebiru-biruan (tanda Chadwicks). Pada bulan terakhir kehamilan, cairan vagina mulai meningkat dan lebih kental.
3.  Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen, progesteron, dan somatomammotropin. Pada kehamilan 12 minggu ke atas, dari puting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut kolostrum.
4.  Sirkulasi darah
Setelah kehamilan lebih dari 30 minggu, terdapat kecenderungan peningkatan tekanan darah. Sama halnya dengan pembuluh darah yang lain, vena tungkai juga mengalami distensi. Vena tungkai terpengaruhi pada kehamilan lanjut karena terjadi obstruksi aliran balik vena (venous return) akibat tingginya tekanan darah vena yang kembali dari uterus dan akibat tekanan mekanik dari uterus pada vena cava. Keadaan ini menyebabkan varises pada vena tungkai (dan kadang-kadang pada vena vulva) pada wanita yang rentan.
5.  Sistem respirasi
Ekspansi diafragma dibatasi oleh pembesaran uterus, diafragma naik 4 cm (1,5 inci), kondisi ini menyebabkan ibu bernafas pendek dan sesak terjadi pada 60% wanita hamil.
6.  Sistem pencernanan
Karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat menyebabkan pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi), daerah lambung terasa panas, morning sickness, dan mual muntah. Pengaruh progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi (sembelit).
7.  Sistem perkemihan
Pada akhir kehamilan, muncul keluhan sering berkemih karena kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul (PAP). Desakan ini menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh. Terjadinya hemodilusi menyebabkan metabolisme air makin lancar sehingga pembentukan urin pun makin bertambah.
4. Tanda-tanda Bahaya pada Ibu Hamil Trimester III
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan atau periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes, 2003).
Macam-macam tanda bahaya kehamilan adalah:
1.  Perdarahan pervaginam
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan dengan nyeri. Perdarahan ini dapat berarti abortus, kehamilan mola atau kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak, dan kadang-kadang tidak selalu disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam ini berarti plasenta previa atau abrupsio plasenta (Pusdiknakes, 2003).
2.  Keluar air ketuban sebelum waktunya
Yang dinamakan ketuban pecah dini adalah apabila terjadi sebelum persalinan berlangsung yang disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uteri atau oleh kedua faktor tersebut, juga karena adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan servik dan penilaiannya ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina (Saifuddin, 2002).
3.  Demam tinggi
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ÂșC dalam kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan. Penanganan demam antara lain dengan istirahat baring, minum banyak dan mengompres untuk menurunkan suhu (Saifuddin, 2002).
4.  Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah istirahat. Hal ini bisa berarti appendiksitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan pre term, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsio plasenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya (Pusdiknakes, 2003).
5.  Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala biasa terjadi selama kehamilan dan seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, penglihatan ibu menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsia (Pusdiknakes, 2003).
6.  Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam 1 jam)
Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-6. Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik (Pusdiknakes, 2003).
7.  Muntah terus dan tidak bisa makan pada kehamilan muda
Mual dan muntah adalah gejala yang sering ditemukan pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, gejala ini biasa terjadi 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung selama 10 minggu. Perasaan mual ini karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Mual dan muntah yang sampai mengganggu aktifitas sehari-hari dan keadaan umum menjadi lebih buruk, dinamakan Hiperemesis Gravidarum (Wiknjosastro, 2002).
8.  Selaput kelopak mata pucat
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin di bawah 11gr% pada trimester I dan III, <10,5 gr % pada trimester II. Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tak jarang keduanya saling berinteraksi (Saifuddin, 2002).
Daftar Pustaka
Bobak, et al., 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.
Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6. Jakarta: EGC.
Pillitteri, Adele. 2002. Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: EGC.
Simkin, Penny. 2007. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, dan Bayi Edisi Revisi. Jakarta: Arcan.